Senin, 29 Oktober 2012

4l4y mode


`
“Gw Getho loch”
“tyUz Yg nEMin Cpa dUnX?”
“ich gwa mau dum”
”akko onlenndh dcnniih” atau “ayokk perang cummendh cmma saiia” 

Melihat fenomena 4l4y yang mulai mewabah memunculkan kekhawatiran-kekhawatiran. Terutama untuk generasi penerus yang yang sangat dekat sekali dengan dunia 4l4y ini.
Beberapa kekhawatiran itu antara lain :
1. SIFAT EGO
Mereka cenderung mementingkan diri sendiri, yang penting aku seneng, yang lain masa bodoh. Yang parah lagi adanya alter ego, bisa juga disebut kepribadian ganda. Sifat alter ego ini sangat bertolak belakang dengan sifat asli si pemilik. Contoh biasanya ketika berjumpa dengan seseorang dia mau bertanya atau paling tidak tidak tersenyum, tapi ketika sifat ini muncul maka akan bertolak belakang dengan sifat aslinya.
Banyak berita di TV tentang “FENOMENA KESURUPAN” yang menyerang anak sekolah. Pertanyaannya adalah : apakah benar makhluk halus yang menyerang??? Dari penjelasan tentang alter ego diatas mungkin bisa ditarik satu garis hubung. Karena ketika mereka terbiasa bergaul di dunia maya yang serba mudah,sesuai dengan pikirannya, sesuai dengan kemauannya maka ketika dihadapkan dengan dunia nyata mereka tidak siap. Dan akhirnya mereka terbuai dengan alam pikiran mereka sendiri, berkelana dalam imajinasi sendiri.
2. Tidak Adanya Tanggung Jawab.
                Contoh kecil membuang sampah sembarangan. Sebenarnya mereka tahu itu perbuatan yang salah tapi karena tidak adanya tanggung jawab akhirnya masa bodoh aja, dah ada petugas kok. Contoh lain ketika merusak sesuatu, mereka akan berpikir ah itu bukan punyaku buat apa diperbaiki.
3. Tidak Ada Darah Juang.
Mereka yang terbiasa dengan “ctrl + z” atau tombol undo, cara berpikirnya : dilakuin aja tar salah tinggal undo aja. Gitu aja kok repot. Dan sayangnya di dunia nyata tidak ada tombol “ctrl + z”
4.  Selera Vuruk… soal fashion maupun apresiasi seni… (again, musik!).
Ini ditimbulkan karena kurangnya referensi. Mereka dapet “pendidikan” dari TV lokal yang udah KACAU duluan. Tanpa ada studi banding dari internet misalnya atau literatur yg berkaitan. Jadi segmennya domestik/regional aja… ikuti aja apa yang lagi rame.
5. Krisis Identitas.
Dia mungkin nggak ngerti sebenernya mau ngapain dia di dunia. Yang seperti ini parah banget… Orangnya jadi gampang terpengaruh dan terbawa arus.

Tidak ada kepastian alay itu bagaimana. Begitu banyak versi alay. Aku, kamu, mungkin kita alay. Memang ada beberapa versi yang menunjukkan kesamaan, tapi tak luput juga ada versi yang saling bertentangan. Hemat saya, berbagai versi alay hanya menunjukkan bahwa alay itu adalah orang yang nggak sreg dihatinya. Alay hanya strata terbawah, dan yang mengalaykan orang lain/ menghakimi orang sebagai alay adalah orang yang merasa sebagai strata teratas.

Seperti kutuliskan di atas, dominannya, alay istilah untuk menggambarkan anak yg sok keren, secara fashion, karya (musik) maupun kelakuan secara umum. Apabila kita setuju dengan maksud istilah di kebanyakkan orang tersebut, berarti orang yang mengalaykan orang lain/ menghakimi orang sebagai alay, orang yang merasa sebagai strata teratas, dialah yang malah menunjukkan dialah sejatinya alay.
Well done.
(~berbagai sumber~)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mau mampir...

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.