Selasa, 05 Maret 2013

NAGASASRA SABUK INTEN (058)

Oleh SH Mintarja


Sela adalah seorang yang luar biasa. Geraknya cepat melampaui kilat. Bahkan sampai beberapa orang mengatakan bahwa ia mewarisi kecepatan bergerak ayahnya yang juga bergelar Ki Ageng Sela, yang menurut ceritera dapat menangkap petir.
Pada suatu kali, ketika Ki Ageng Sela sedang menyepi di tepi sendang Jalatunda, tiba-tiba ia disambar oleh semacam sinar putih kebiru-biruan. Untunglah bahwa ia dapat bergerak cepat luar biasa, sehingga ia dapat menghindari sambaran sinar itu. Bahkan ia masih juga sempat menangkapnya.
Tetapi demikian tangannya menyentuh benda itu, terkejutlah ia bukan kepalang. Sebab pada saat itu   tangannya terasa telah menangkap seekor binatang yang bulat panjang.
Untunglah bahwa sebelumnya ia pernah mendengar ceritera tentang seekor ular yang pandai terbang dan bercahaya. Ular yang diceriterakan menjadi penggembala hujan. Maka secepat kilat benda yang ditangkapnya itu sebelum sempat menggigitnya, dibantingnya ke tanah.

Adalah suatu keuntungan bahwa binatang itu tidak dihantamkan pada sebatang pohon atau batu. Sebab kalau demikian, binatang itu pasti akan remuk. Saat itu, ia dapatkan binatang itu masih utuh, meskipun terbenam lebih dari sejengkal ke dalam tanah.
Kemudian bangkai ular itu diambilnya. Ternyata ular itu adalah seekor ular yang aneh. Panjangnya dibanding dengan besarnya dapat dikatakan terlalu pendek. Sisiknya berwarna putih mengkilap agak kebiru-biruan. Pada bagian kepalanya tergoreslah semacam lukisan jamang, sedangkan pada ujung ekornya melingkarlah warna kuning keemasan.
Ketika ular aneh itu dibawa pulang, terlihatlah binatang itu oleh Ki Ageng Warana. Melihat bangkai ular itu, Ki Ageng Warana terperanjat, apalagi ketika ia mendapat keterangan dari Sela. Maka segera orang tua itu minta izin kepada Sela untuk mengambil bisanya.
Sela yang menganggap binatang itu hanya sebagai barang yang aneh, sama sekali tidak keberatan. Ia tidak mengira kalau karena itu ia mendapat semacam obat yang tak ada bandingnya. Obat penawar segala macam bisa yang bagaimanapun tajamnya. Racun dari bisa binatang maupun tumbuh-tumbuhan.
Oleh Ki Ageng Warana, binatang itu diperas bisanya. Dengan mempergunakan keahliannya, ia dapat menampung bisa itu. Kemudian dengan berbagai ramuan, bisa itu berhasil dipadatkan. Tetapi hanya tinggal kecil sekali, hanya kira-kira sebesar biji kacang tanah. Biji sari bisa ular ajaib itu dihadiahkan kepada Ki Ageng Sela. Meskipun Ki Ageng Warana minta sebagian kecil, Ki Ageng Sela pun sama sekali tidak keberatan.
Dengan biji bisa itu, Ki Ageng Warana telah membebaskan dirinya sendiri dari berbagai macam bisa. Juga Ki Ageng Sela dan bahkan Mahesa Jenar sebagai seorang sahabat karib Nis dari Sela, mendapat kesempatan untuk menikmati kasiatnya pula.

Bersambung........... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mau mampir...

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.