Jumat, 26 April 2013

NAGASASRA SABUK INTEN (059)

Oleh SH Mintarja


Oleh Ki Ageng Warana, biji bisa ular itu direndamnya dalam air, yang kemudian dengan mempergunakan duri yang telah direndam di dalam air itu, untuk menusuk simpul-simpul jalan darah. Dengan demikian, mereka tawar dari segala macam bisa.
Mahesa Jenar sebagai sahabat paling dekat Ki Ageng Sela, tidak hanya mendapat kesempatan membebaskan diri dari segala pengaruh bisa dan racun, tetapi ia juga mendapat hadiah dari sahabatnya, sebagian dari biji bisa itu. 
Dengan biji bisa itu Ki Ageng Warana telah membebaskan dirinya sendiri dari berbagai macam bisa. Juga Ki Ageng Sela dan bahkan Mahesa Jenar sebagai seorang sahabat karib Nis dari Sela, mendapat kesempatan untuk menikmati kasiatnya pula.
Oleh Ki Ageng Warana, biji bisa ular itu direndam dalam air, yang kemudian dengan mempergunakan duri yang telah direndam didalam air itu, untuk menusuk simpul-simpul jalan darah. Dengan demikian, mereka tawar dari segala macam bisa.

Mahesa Jenar, sebagai sahabat paling dekat Ki Ageng Sela, tidak saja mendapat kesempatan membebaskan diri dari segala pengaruh bisa dan racun, tetapi ia mendapat hadiah dari sahabatnya sebagian dari biji bisa itu.
Maka, diceriterakannya semua itu kepada Ki Asem Gede. Tentang ular yang bersinar putih kebiru-biruan serta tentang biji bisa Ular itu. Barangkali biji bisa itu dapat dipergunakan untuk mengobati kaki Wirasaba sebagaimana bisa ular Gundala Seta.
 Ki Asem Gede dan Mantingan mendengar ceritera itu dengan penuh perhatian. Wajah Ki Asem GEde sebentar tampak berkerut, sebentar terkejut, kemudian sebentar menjadi cerah, untuk seterusnya muram kembali. Tetapi kemudian tiba-tiba jadi bersinar terang.
 Anakmas, kata KI Asem Gede kemudian setelah Mahesa Jenar selesai berceritera, Ki Ageng Warana adalah raja dari segala tabib. Sayang aku sampai sekarang belum pernah berkesempatan bertemu dengan beliau. Sebab beliau adalah seorang yang aneh. Sebentar nampak, sebentar menghilang. Berbahagialah anakmas Nis dari Sela dapat bertemu dengan orang tua yang aneh itu. Dan berbahagia pulalah Anakmas Mahesa Jenar bersahabat dengan Anakmas Sela. Sebab menurut ciri-ciri yang Anakmas ceriterakan itu, ular yang menyambar demikianlah yang bernama ular Gundala. “Tetapi Ki Ageng Warana tidak menamakan ular itu ular Gundala, tetapi disebutnya ular Gundala seta.” Mahesa Jenar menjelaskan. Tiba-tiba cahaya mata Ki Asem Gede menjadi cerah secerah matahari pagi yang memercik diatas rumput-rumput hijau.
 “Ya itulah Anakmas....  Memang terdapat beberapa dongeng mengenai ular ajaib itu. Sebagai senjata dewa-dewa, ia disebut Ular Gundala. Tetapi sebagai penggembala air dilangit ia disebut ular Candrasa Seta, katanya hampir berteriak.
Kemudian Mahesa Jenar mengambil sebuah tabung bambu kecil yang diikatkan di bagian dalam pakaiannya. Tetapi meskipun obat itu tak pernah terpisah dari tubuhnya, bahkan ia pernah mendapat tusukan di simpul jalan darahnya oleh Ki Ageng Warana, namun ia masih belum pernah melihat bukti kasiatnya.
Ki Asem Gede menerima benda itu dengan dada berdebar. Diamat-amatinya benda itu dengan saksama. Anakmas Mahesa Jenar, marilah kita lihat kasiat benda ini, katanya. Kemudian Ki Asem Gedepun segera mengambil sebuah cawan tembikar dan bumbung berisi bisa. Segera biji bisa ular itu direndamnya di dalam air, lalu diteteskannya bisa dari dalam bumbungnya ke dalam air rendaman itu, setelah biji bisanya disisihkan kedalam tempat yang lain.
Apa yang terjadi sangatlah mengejutkan. Air di dalam cawan itu menjadi seakan-akan menggelegak dan mendidih. Maka setelah timbul beberapa gumpal asap, air di dalam cawan itu menjadi surut. Akhirnya sesaat kemudian air itu menjadi tenang kembali. Semuanya memandang peristiwa itu tanpa berkedip. Kemudian berkatalah Ki Asem Gede, Ini adalah suatu benturan langsung antara dua jenis bisa tanpa perantara. Maksudnya adalah, bahwa kedua jenis bisa itu tidak bekerja atas sesuatu zat, misalnya yang satu membekukan sedang yang lain mencairkan darah. Dan anakmas dapat menyaksikan sendiri betapa hebatnya bisa Ular Gundala atau Candrasa itu. Mahesa jenar termenung sejenak. Lalu katanya, Kalau begitu, dapatkah Ki Asem Gede mengobati kaki kakang Wirasaba?

Bersambung..... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mau mampir...

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.