Minggu, 07 Juli 2019

NAGASASRA SABUK INTEN (062)

Tetapi pukulan itu tidak akan memenuhi harapan, bila saat itu tidak dibarengi dengan
suatu kekuatan batin yang luar biasa besarnya, serta pemusatan tenaga. Inilah sebenarnya
yang sulit dilaksanakan. Untuk dapat melakukan ini semua, Mahesa Jenar harus bekerja
keras beberapa tahun lamanya.
Latihan-latihan itulah yang sangat terasa berat. Pada taraf permulaan Mahesa Jenar harus
melatih mengatur pernafasan, kemudian pemusatan pikiran dan terakhir menggabungkan
segenap kekuatan lahir batin. Semua itu untuk disalurkan lewat sisi telapak tangannya.
Dalam pelaksanaannya tidaklah mesti 10 unsur gerak itu dilakukan berurutan. Tetapi
unsur yang hanya sekadar merupakan patokan yang dapat dibolak-balik, diambil
beberapa bagiannya saja menurut kebutuhan. Bahkan dapat dimasuki dan digabungkan
dengan unsur-unsur gerak yang lain.

Setelah Mahesa Jenar menjalani semua latihan-latihan itu, hasilnya sangat hebat. Tangan
Mahesa Jenar, bila dikehendaki seolah-olah dapat berubah menjadi palu besi yang sangat
berat.
Tetapi meskipun demikian, sampai saat itu Mahesa Jenar belum pernah mempergunakan
ilmunya itu untuk melawan sesama manusia. Ia baru mencoba menghantam-hancurkan
kayu dan bahkan batu. Tetapi terhadap sesama manusia, Mahesa Jenar masih belum
sampai hati mempergunakannya. Sebab, akibatnya dapat dibayangkan.
Namun sekarang Mahesa Jenar merasa berhadapan dengan lawan yang tak dapat
diabaikan. Apalagi Lawa Ijo adalah murid Pasingsingan. Lebih-lebih kalau Pasingsingan
sendiri ikut campur dalam urusan ini.
Karena itu, Mahesa Jenar memutuskan, bahwa ia harus mempersiapkan ilmunya itu.
Ilmu yang pernah dipelajarinya dengan sungguh-sungguh dan bersusah payah.
Sekarang, ia mendapat sasaran yang tepat. Seekor harimau loreng yang sangat besar
sekali, yang pasti sangat mengganggu penduduk di sekitar daerah ini. Sebab seekor
harimau yang hampir sebesar kerbau ini tentu akan senang menangkap ternak para petani.
Meskipun kekuatan jasmaniah harimau sebesar itu, jauh berlipat dari kekuatan jasmaniah
manusia biasa, Mahesa Jenar yakin bahwa ia akan dapat mengatasinya, dengan ilmunya
yang oleh gurunya disebut Sasra Birawa.
Sementara itu, Mahesa Jenar segera tersadar oleh suara gemersik kaki harimau yang
berdiri tidak jauh di hadapannya. Harimau itu telah merunduk sangat rendah, dan siap
menerkam.

Bersambung.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mau mampir...

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.