Senin, 11 Februari 2013

NAGASASRA SABUK INTEN (051)

Oleh SH Mintarja

 Biarlah aku coba, desak Ki Asm Gede, meskipun ia sendiri sudah melihat, bahwa hampir tak ada kemungkinan untuk mengobati luka Samparan itu. Kembali Samparan memaksa dirinya tersenyum dan menggeleng perlahan-lahan. Ki Sanak Mahesa Jenar ..., sebelum aku mati, baiklah aku katakan kepadamu suatu rahasia yang ingin kau ketahui. Bukankah sekarang aku tidak perlu takut kepada Lawa Ijo dan kepada siapapun? Kau mau mendengar? desah Samparan kemudian. Mahesa Jenar segera merapatkan dirinya. Lalu jawabnya, Aku ingin mendengar, Samparan. Tetapi sekarang bukan waktunya. Kau terlalu banyak mengeluarkan darah, karena itu kau harus beristirahat. Samparan menarik nafas dalam-dalam. Waktuku tinggal sedikit. Dengarlah. Menurut Watu Gunung, Lawa Ijo sekarang berada di Pasiraman. Sebuah telaga kecil di seberang hutan Mentaok. Desa tempat tinggalnya itu pun bernama Desa Pasiraman pula.
 Desa itu terletak tepat di tepi hutan. Agak ke barat sedikit terdapatlah hutan yang hampir dipenuhi oleh pohon pucang, sehingga hutan itu disebut Alas Pucang Kerep, kata Samparan.  Samparan berhenti sebentar. Terdengar arus nafasnya semakih cepat.

Beristirahatlah Samparan. Keterangan itu sudah cukup bagiku, jawab Mahesa Jenar.
SAMPARAN berusaha untuk menggeleng.“Belum cukup. Di sana Lawa Ijo sedang menggembleng diri. Ia sedang berusaha untuk memulihkan luka-lukanya yang dideritanya ketika ia sedang berusaha mencuri pusaka-pusaka di Kraton Demak,” lanjut Samparan sangat lemah.
Mahesa Jenar agak terkejut mendengar keterangan itu.
“Kalau demikian, Lawa Ijo inilah yang pernah dilukainya dahulu,” pikir Mahesa Jenar.
“Usaha Lawa Ijo untuk memulihkan diri, ternyata sekarang sudah berhasil. Ia selalu berada dalam pengawasan gurunya. Aku belum pernah bertemu dengan gurunya itu, tetapi seperti apa yang digambarkan oleh Watu Gunung, aku dapat membayangkan bahwa gurunya itu adalah seorang iblis yang jarang ada duanya,  sambung Samparan hampir berbisik-bisik.
Mahesa Jenar menjadi tertarik pada cerita Samparan, sehingga ia lupa bahwa ia berhadapan dengan seorang yang luka berat. Maka desaknya tidak sabar, Siapakah nama gurunya itu?
Ia adalah seorang yang mempunyai kesaktian luar biasa. Namanya Pasingsingan.
Pasingsingan? ulang Mahesa Jenar. Terkejutnya bukan alang kepalang.
Mahesa Jenar pernah mendengar nama itu dari gurunya, baik Syeh Siti Djenar maupun Ki Ageng Pengging Sepuh. Tetapi tokoh ini sama sekali tak digambarkan sebagai seorang tokoh yang aneh dan sakti. Tetapi yang didengarnya, Pasingsingan adalah seorang yang luhur budi. Seorang penolong yang tak pernah memperkenalkan wajah aslinya, karena ia selalu memakai topeng. Hanya karena topeng itu dibuat sedemikian kasar dan jelek, maka Pasingsingan digambarkan sebagai seorang yang berwajah menakutkan.
 Adakah sesuatu peristiwa yang terjadi sehingga tokoh itu berbalik diri dari lingkungan putih ke lingkungan hitam? Tetapi sementara itu Samparan telah mulai berbisik lagi. Beberapa waktu yang lalu ..., Lawa Ijo pernah dilukai oleh seorang senapati Demak, waktu ia sedang berusaha untuk mendapatkan pusaka.  Mendengar cerita ini Mahesa Jenar semakin tertarik.
Ki Sanak, dalam lingkungan golongan hitam terdapat suatu kepercayaan, bahwa barang siapa memiliki sepasang pusaka yang mereka perebutkan, adalah suatu pertanda bahwa orang itu akan dapat merajai seluruh golongan hitam. Dengan demikian akan cukup kekuatan dan dukungan bila pada suatu saat mendirikan suatu pemerintahan tandingan yang kekuasaannya akan dapat menyaingi kekuasaan Demak. Suara Samparan menjadi semakin perlahan-lahan, tetapi masih cukup jelas.  Sedangkan Lawa Ijo, atas petunjuk Pasingsingan, akan mencuri langsung pusaka asli, yang menurunkan sepasang pusaka yang diperebutkan itu, lanjut Samparan. Apakah ujud dan nama pusaka-pusaka itu? Tiba-tiba Ki Asem Gede menyela.
Samparan menarik nafas untuk mengatasi denyut jantungnya yang semakin memburu. Pusaka-pusaka itu berupa keris. Seekor naga bersisik seribu dan sebuah keris lain berlekuk sebelas dengan pamor yang memancarkan cahaya kebiru-biruan.

Bersambung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mau mampir...

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.