Sabtu, 05 Januari 2013

NAGASASRA SABUK INTEN (042)

Oleh SH Mintarja


Baru saja pintu itu terbuka, serentak mereka terkejut melihat seorang yang meloncat keluar dan langsung menyerang Samparan dengan sebuah patrem. Untunglah bahwa Samparan sempat menghindar. Tetapi serangan itu tidak hanya terhenti di situ, bahkan bertambah sengit. Hanya sayang bahwa penyerangnnya tidak mempunyai pengetahuan tata berkelahi yang cukup sehingga dengan mudahnya Samparan mengelakkan diri. Ketika orang itu melihat beberapa orang lain berada di tempat itu, apalagi setelah melihat Ki Asem Gede, ia jadi tertegun dan sebentar kemudian berubah menjadi keheran-heranan. Tetapi sesaat kemudian ia berlari menjauhkan diri dan memeluk kaki Ki Asem Gede. Ia Nyai Wirasaba, putri Ki Asem Gede.
 Ayah! serunya. Tetapi kemudian suaranya di kerongkongan. Ki Asem Gede pun memandang putrinya dengan terharu. Dengan susah payah ia berhasil membendung air matanya sehingga tidak mengalir. Baru beberapa lama ia tidak mengujungi putrinya itu. Dan sekarang ia menyaksikan putrinya dalam keadaan yang menyedihkan. Orang-orang yang menyaksikan perisitiwa itu, mau tidak mau juga merasa terharu. Bahkan Samparan, seorang iblis yang selama ini tidak mempunyai rasa perikemanusiaan sedikitpun, menyaksikan hal itu dengan suatu perasaan yang aneh. Perasaan yang belum pernah dimilikinya. Setelah suasana agak reda, segera mereka keluar dari ruangan di bawah tanah itu, dan untuk menenangkan perasaan Nyai Wirasaba, mereka sementara waktu beristirahat di gandok sebelah barat.

Setan-setan itu tidak berbuat jahat kepadamu? tanya Ki Asem Gede kepada putrinya.
Nyi Wirasaba tidak segera menjawab. Tetapi ia memandang Samparan dengan pandangan yang jijik, benci dan penuh kemarahan. Manakah kawan-kawan iblis itu? tanya Nyi Wirasaba kepada Ki Asem Gede. Beberapa kali Nyi Wirasaba memandang Mahesa Jenar dan Mantingan dengan penuh pertanyaan. Lamat-lamat ia ingat, bahwa dengan Mantingan ia pernah berkenalan. Tetepi di mana, dan kapan? Sedangkan yang satu lagi sama sekali ia belum pernah melihat.
Ki Asem Gede mengerti perasaan putrinya, maka segera diceritakan apakah yang sudah terjadi. Dan tiba-tiba saja Nyi Wirasaba berdiri lalu membungkuk hormat kepada Mahesa Jenar dan Mantingan. Dengan suara yang terputus-putus ia menyatakan betapa besar terima kasihnya atas pertolongan mereka. Sekaligus ia teringat bahwa Mantingan telah dikenalnya pada waktu mereka masih sama-sama kecil. Tetapi yang kemudian tak lagi pernah bertemu sejak Mantingan mengikuti gurunya ke Wanakerta.
Mahesa Jenar dan Mantingan tak habis-habisnya memandangi wajah Nyi Wirasaba. Wajarlah kiranya kalau Watu Gunung tergila-gila kepadanya. Betapa bahagianya orang itu, yang telah menerima anugerah Tuhan berupa kecantikan wajah yang sempurna, dan  keserasian tubuh yang tanpa cela.
Mantingan yang pada masa kanak-kanaknya sering bermain dan bertengkar bersama, tidak pernah membayangkan bahwa pada usia dewasanya perempuan ini akan memiliki kelebihan dari kawan-kawannya sepermainan. Tak seorang pun yang mengetahui bahwa Nyai Wirasaba sendiri selalu meratap di dalam hati, menyesali nasibnya yang jelek. Karena memiliki wajah yang cantik dan tubuh yang bulat, yang telah beberapa kali menjeratnya ke dalam kesulitan-kesulitan yang hampir tak dapat diatasi. Bahkan pada saat yang terakhir ini, ia telah mengambil keputusan bahwa apabila tak ada pertolongan yang datang, ia lebih baik mengakhiri hidupnya dengan sebilah patrem yang berhasil dibawanya di dalam sabuknya, daripada hidup di dalam lingkungan iblis-iblis itu.
Setelah perasaan Nyi Wirasabaa agak tenang, maka segera Ki Asem Gede mengajaknya meninggalkan rumah itu. Di luar masih banyak orang yang sejak tadi belum mau meninggalkan halaman itu. Meskipun mereka setiap hari melihat wajah Nyi Wirasaba, kalau Nyi Wirasaba kebetulan pergi ke pasar atau ke sawah, tetapi kali ini mereka ingin juga melihat wajah itu. Wajah yang menjadi sebab berakhirnya kelaliman Samparan dan kawan-kawannya.

Bersambung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mau mampir...

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.