“Baiklah kakang Rangga,” jawab Gadjah Alit.
Dan setelah beberapa saat tak terjadi apa-apa, perlahan-lahan dan berhati-hati
sekali mereka berdua menyelinap pintu belakang ruang jaga dengan tidak
membangunkan seorang pun, agar orang yang bermaksud jahat itu sama sekali tak
menduga bahwa diantara sekian banyak penjaga itu ada yang terluput dari
sirepnya.
Dengan
berlindung pada bayang-bayang dan batang-batang tanaman mereka berdua
menyelidiki keadaan taman itu dengan seksama. Gadjah Alit ke utara, sedangkan
Mahesa Jenar atau Rangga Tohjaya ke selatan. Beberapa lama mereka tak menemukan
tanda apa-apa. Malahan halaman dalam istana itu rasanya jauh lebih sepi dari
biasanya. Tapi Mahesa Jenar dan Gadjah Alit adalah orang-orang yang penuh
dengan pengalaman dan mempunyai ketajaman batin yang luar biasa.
Mahesa
Jenar yang meskipun pada waktu itu belum melihat adanya sesuatu yang
mencurigakan, tetapi ia sudah mendapat firasat bahwa ia telah berdekatan dengan
apa yang dicarinya. Itulah sebabnya ia segera diam menenangkan diri di belakang
sebuah tanaman yang agak rimbun. Dipusatkannya segala perhatiannya ke suasana
di sekelilingnya. Angin aneh yang ternyata adalah mengalirnya kekuatan sirep
dari seseorang yang cukup kuat ilmu kebatinannya, masih saja bertiup. Bahkan
daya sirep itu demikian kuatnya sehingga baik Mahesa Jenar maupun Gadjah Alit
harus tetap menyediakan sebagian perhatianya untuk tetap melawan pengaruhnya.
Dengan
mengukur kekuatan angin aneh itu, Mahesa Jenar sedikit banyak dapat menjajaki
sampai dimana kehebatan orang yang memasangnya. Dengan demikian Mahesa Jenar
harus betul-betul waspada, sebab ia tahu betul bahwa orang yang memasang sirep
itu tentulah seorang yang mempunyai kesaktian tinggi. Dari tempat
persembunyiannya Mahesa Jenar dapat melihat bahwa tiga orang yang bertugas jaga
di sudut dinding halaman itu telah tertidur semuanya. Tombaknya disandarkan
pada dinding halaman, dan mereka bertiga begitu saja menggeletak tidur di atas
rumput. Maka setelah agak lama Mahesa Jenar menanti, datanglah saat yang menyebabkan
denyut jantung Mahesa Jenar bertambah cepat. Karena pendengarannya yang sangat
tajam itulah maka ia mendengar suara berdesir di atas atap balai perbendaharaan
istana. Ketika dengan matanya yang setajam telinganya itu pula ia
mengamat-amati arah suara itu, darahnya jadi tersirap. Dilihatnya samar-samar
bayangan yang berkerudung hampir seluruh tubuhnya berjalan mengendap-ngendap.
Tiba-tiba
bayangan itu berhenti hanya beberapa depa saja di atasnya. Mahesa Jenar segera
mengatur jalan nafasnya supaya tidak didengar oleh bayangan itu. Dan memang
rupa-rupanya bayangan itu sama sekali tidak mengerti kalau di bawahnya
bersembunyi seseorang. Bayangan itu kemudian berdiri dan terdengarlah suatu
suitan nyaring. Setelah itu ia berdiri tegak sambil memandang ke arah sudut
pagar halaman. Tiba-tiba muncullah berturut-turut, hampir seperti seekor berati
yang terbang dan hinggap di atas dinding pagar yang tingginya satusetengah kali
tinggi orang. Dan kemudian terdengarlah tawa itu.
Bayangan
di atas balai perbendaharaan itu memperdengarkan suara tertawa yang walaupun
tidak keras tetapi memancarkan suatu pengaruh yang luar biasa, sehingga
seseorang yang mendengarnya hatinya menjadi begitu pedih seperti mendengar
rintihan hantu kubur. Bukan itu saja.
Keempat
bayangan yang muncul kemudian itu memperdengarkan suara tertawa yang sama,
sehingga terpaksa Mahesa Jenar harus segera dengan kekuatan batinnya menutupi
lubang-lubang pendengaran hatinya untuk tidak menerima pengaruh jahat dari
suara itu. Kemudian keempat orang itu meloncat dengan gaya seperti seekor
burung, turun ke halaman. Seperti terapung di udara, mereka berlari ke arah
bayangan di atas atap itu. Sementara itu dari arah lain Mahesa Jenar melihat
bayangan seorang yang pendek bulat berlari seperti batu berguling-guling masuk
jurang begitu cepatnya ke arah empat bayangan itu. Belum lagi Mahesa Jenar
berbuat sesuatu, bayangan itu sudah langsung menyerang. Hati Mahesa Jenar
berdebar bertambah cepat.
Bersambung......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mau mampir...
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.