Jumat, 28 Desember 2012

NAGASASRA SABUK INTEN (039)

Oleh SH Mintarja


Ki Asem Gede terkejut bukan kepalang. Dan terasa di kedua belah lambungnya melekat ujung senjata tajam. Ketika ia menoleh, dilihatnya Wisuda dan Palian, yakni anggota ke-3 dan ke-4 dari kawanan iblis itu berdiri di belakangnya dan mengancamnya dengan keris. Maka terpaksa Ki Asem Gede mengurungkan niatnya, meskipun hatinya bergelora hebat, sambil menanti suatu kesempatan.
Sementara itu, pertempuran di arena bertambah hebat. Gagak Bangah dengan gesitnya menyambar-nyambar sambil mempermainkan pedang pendeknya, seperti seekor Sikatan menyambar belalang. Sedangkan Watu Gunung pun dengan  mengandalkan kekuatannya menyerang dengan garangnya. Apalagi kini ia telah memegang pula sebuah belati panjang yang dicabutnya dari bawah kainnya, seperti yang dilemparkan tadi.
Mahesa Jenar ternyata tidak mengecewakan. Diam-diam ia merasa bersyukur bahwa dengan tidak sengaja Watu Gunung telah memberinya sebilah pisau belati panjang. Dan dengan senjata itu ia melayani kedua lawannya. Ia pernah mendengar bahwa belati kawanan Lawa Ijo terkenal keampuhannya serta terbuat dari baja pilihan. Apalagi kini senjata itu ada di tangan Mahesa Jenar yang mempunyai kepandaian dalam mempergunakan segala macam senjata. Maka dalam waktu yang singkat ujung belati itu dengan dahsyatnya menyerang lawannya dan seolah-olah berubah menjadi beribu-ribu mata pisau yang mematuk-matuk dengan garangnya.

Keadaan yang seimbang dari pertempuran itu tidak berlangsung lama. Sebab segera Mahesa Jenar berhasil mendesak lawannya ke dalam keadaan yang sulit. Sebenarnya Mahesa Jenar tidak biasa membinasakan lawannya, apalagi tidak ada sebab-sebab yang memaksa. Ia lebih suka mengampuni seseorang apabila orang itu sudah tidak dapat berbuat apa-apa.
Tetapi tidak demikian halnya terhadap orang-orang yang licik dan curang. Sebab orang-orang yang demikian sudah tidak menghargai lagi sifat-sifat kejantanan dan kekesatriaan. Orang-orang semacam itulah yang selalu akan menimbulkan bencana. Karena itu terhadap orang-orang yang demikian, juga kepada lawannya itu, Mahesa Jenar telah  mengambil keputusan untuk membinasakannya. Maka segera ia merangsang lawannya lebih hebat lagi. Pisau panjang yang berada di tangannya itu bergerak semakin cepat sehingga hampir merupakan gumpalan-gumpalan sinar yang bergulung-gulung mengerikan sekali.
Watu Gunung dan Gagak Bangah sama sekali tidak menduga bahwa Mahesa Jenar memiliki kepandaian yang demikian tinggi. Maka diam-diam mereka berdua mengeluh dalam hati. Karena mereka tadi memberi kesempatan kepada orang ini untuk bertanding membela anak Ki Asem Gede. Keringat dingin sudah membasahi seluruh tubuh mereka berdua.
Sesaat kemudian terdengarlah bunyi berdentang dari senjata yang beradu.  Ternyata pisau panjang Mahesa Jenar telah menyambar pedang pendek Gagak Bangah. Sambaran itu begitu kuatnya sehingga tangan Gagak Bangah merasa nyeri sekali. Belum lagi ia dapat memperbaiki keadaannya, kembali pedangnya disambar oleh pisau Mahesa Jenar. Dan benar-benar kali ini ia tidak mampu lagi berbuat apa-apa sehingga pedangnya terpental jatuh.
Melihat keadaan itu, Watu Gunung segera berusaha menolong kawannya. Dengan lompatan yang cepat ia mendesak maju, dan membabat tangan Mahesa Jenar. Tetapi Mahesa Jenar telah menarik tangannya kembali dan dengan sisi telapak tangan kirinya ia menghantam pergelangan tangan Watu Gunung. Hantaman itu sedemikian kerasnya terlepas dari tangannya. Maka kini sampailah saatnya untuk mengakhiri pertempuran.
Mahesa Jenar tidak mau membunuh lawannya dengan senjata. Segera dilemparkannya belati itu, dan secepat kilat sebelum Watu Gunung dan Gagak Bangah sempat menjatuhkan dirinya, kedua tangan Mahesa Jenar masing-masing meraih kepala kedua orang itu. Dengan tenaga yang didasari kegusaran hati, dibenturkannya kedua kepala itu sekuat tenaga. Maka terdengarlah suara hampir seperti sebuah ledakan diikuti oleh jerit ngeri melengking. Sekejap kemudian suara itu terputus dan kedua orang itu rebah di tanah dengan kepala pecah.

Bersambung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mau mampir...

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.