Selasa, 11 Desember 2012

NAGASASRA SABUK INTEN (034)

Oleh SH Mintarja


Bayangan yang gemuk pendek dan menggelinding cepat sekali tadi sudah pasti adalah Gajah Alit. Rupanya ketika Gajah Alit mendengar suitan bayangan di atas atap itu, ia mengira kalau Mahesa Jenarlah yang memberi tanda kepadanya untuk membantunya. Maka ketika ia dengan hati-hati sekali pergi ke arah suara itu, ia mendengar suara tertawa bersahut-sahutan. Dan ia melihat keempat bayangan itu seperti terbang mengarah ke balai perbendaharaan. Maka dengan tidak banyak pertimbangan lagi ia langsung menyerang keempat bayangan itu.
Keempat bayangan itu rupa-rupanya sama sekali tidak menduga kalau ia akan mendapat serangan demikian hebatnya. Sehingga dalam beberapa saat rupa-rupanya Gajah Alit telah berhasil melukai satu di antaranya. Tetapi ketiga yang lain menjadi sangat marah dan segeralah terjadi pertempuran yang hebat sekali.
Sementara itu Mahesa Jenar belum memperlihatkan diri. Kecuali keadaan masih belum memerlukan, rupanya Gajah Alit tidak begitu banyak mengalami  kesulitan. Meskipun ia harus bekerja mati-matian melawan tiga orang yang mempunyai tenaga tempur yang cukup, ia sendiri memandang perlu untuk tetap mengawasi gerak-gerik bayangan di atas atap balai perbendaharaan itu. Dan apa yang diduganya ternyata benar. Bayangan di atas atap itu ternyata adalah pemimpinnya, yaitu Lawa Ijo sendiri.

Melihat keempat orangnya itu tak segera dapat mengatasi lawannya, Lawa Ijo tampaknya tidak sabar lagi. Tiba-tiba ia mengeluarkan suatu suitan nyaring dan seperti seekor elang menyambar ia terjun dari atap. Kedua tangannya dikembangkan dan tampaklah jari-jari tangannya yang kokoh kuat itu siap menerkam Gajah Alit. Mahesa Jenar yang memang sudah siap, tidak membiarkan Gajah Alit dilukai, segera ia pun meloncat dari persembunyiannya. Geraknya tampak kuat, tangkas dan teguh seperti seekor banteng yang terluka menyerang lawannya.
Mendengar suitan dari atas atap itu, Gajah Alit segera sadar bahwa suitan itu seperti yang didengarnya tadi, ternyata bukanlah suara Mahesa Jenar. Maka segera ia melontarkan diri jauh ke belakang sampai empat lima depa, dan segera bersiap menghadapi kemungkinan dari musuhnya yang baru itu. Melihat gerak yang demikian cepatnya ketiga musuhnya jadi terkejut, demikian juga Lawa Ijo yang terpaksa membuat satu gerakan di udara untuk mengubah arah terjunnya.
Tetapi kembali di luar dugaannya bahwa dari arah lain datanglah dengan garangnya suatu serangan yang dahsyat. Kembali Lawa Ijo mengubah gaya tubuhnya. Meskipun demikian ia tak mempunyai kekuatan lagi untuk menyerang ke arah yang berlawanan, sehingga segera ia melipat tangan kanannya untuk melindungi dada, sedangkan tangan  kirinya disiapkan untuk menyerang.
Pada saat kaki Lawa Ijo baru saja menyentuh tanah, datanglah serangan Mahesa Jenar dengan dahsyatnya, sehingga terjadilah suatu benturan yang sangat hebat dari dua tenaga raksasa. Tetapi rupanya Mahesa Jenar menang perhitungan, sehingga Lawa Ijo terdorong ke belakang dan kehilangan keseimbangan. Ia berguling dua kali ke belakang dan barulah ia dapat tegak kembali.
Lawa Ijo merasakan dadanya sangat nyeri, nafasnya agak sesak. Pukulan Mahesa Jenar yang dilontarkan sepenuh tenaga itu rupanya telah melukai bagian dalam tubuh Lawa Ijo. Meskipun demikian, pada saat benturan itu terjadi, tangan kiri Lawa Ijo ternyata telah dapat mengenai pundak Mahesa Jenar, sehingga tangan kanan Mahesa Jenar pun menjadi sakit dan geraknya menjadi terbatas.
Gajah Alit yang melihat munculnya Mahesa Jenar dengan tiba-tiba itu menjadi girang,  dan geraknya bertambah mantap. Sambil menyerang kembali ia sempat berkata, Ee.., kakang Rangga, rupa-rupanya kau mau mengajak main sembunyi-sembunyian.  Tetapi Mahesa Jenar diam saja, sebab ia sedang berhadapan dengan lawan yang sangat tangguh.

Bersambung.... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mau mampir...

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.