Bayangan
yang gemuk pendek dan menggelinding cepat sekali tadi sudah pasti adalah Gajah
Alit. Rupanya ketika Gajah Alit mendengar suitan bayangan di atas atap itu, ia
mengira kalau Mahesa Jenarlah yang memberi tanda kepadanya untuk membantunya.
Maka ketika ia dengan hati-hati sekali pergi ke arah suara itu, ia mendengar
suara tertawa bersahut-sahutan. Dan ia melihat keempat bayangan itu seperti
terbang mengarah ke balai perbendaharaan. Maka dengan tidak banyak pertimbangan
lagi ia langsung menyerang keempat bayangan itu.
Keempat
bayangan itu rupa-rupanya sama sekali tidak menduga kalau ia akan mendapat
serangan demikian hebatnya. Sehingga dalam beberapa saat rupa-rupanya Gajah
Alit telah berhasil melukai satu di antaranya. Tetapi ketiga yang lain menjadi
sangat marah dan segeralah terjadi pertempuran yang hebat sekali.
Sementara
itu Mahesa Jenar belum memperlihatkan diri. Kecuali keadaan masih belum
memerlukan, rupanya Gajah Alit tidak begitu banyak mengalami kesulitan.
Meskipun ia harus bekerja mati-matian melawan tiga orang yang mempunyai tenaga
tempur yang cukup, ia sendiri memandang perlu untuk tetap mengawasi gerak-gerik
bayangan di atas atap balai perbendaharaan itu. Dan apa yang diduganya ternyata
benar. Bayangan di atas atap itu ternyata adalah pemimpinnya, yaitu Lawa Ijo
sendiri.
Melihat
keempat orangnya itu tak segera dapat mengatasi lawannya, Lawa Ijo tampaknya
tidak sabar lagi. Tiba-tiba ia mengeluarkan suatu suitan nyaring dan seperti
seekor elang menyambar ia terjun dari atap. Kedua tangannya dikembangkan dan
tampaklah jari-jari tangannya yang kokoh kuat itu siap menerkam Gajah Alit.
Mahesa Jenar yang memang sudah siap, tidak membiarkan Gajah Alit dilukai,
segera ia pun meloncat dari persembunyiannya. Geraknya tampak kuat, tangkas dan
teguh seperti seekor banteng yang terluka menyerang lawannya.
Mendengar
suitan dari atas atap itu, Gajah Alit segera sadar bahwa suitan itu seperti
yang didengarnya tadi, ternyata bukanlah suara Mahesa Jenar. Maka segera ia
melontarkan diri jauh ke belakang sampai empat lima depa, dan segera bersiap
menghadapi kemungkinan dari musuhnya yang baru itu. Melihat gerak yang demikian
cepatnya ketiga musuhnya jadi terkejut, demikian juga Lawa Ijo yang terpaksa
membuat satu gerakan di udara untuk mengubah arah terjunnya.
Tetapi
kembali di luar dugaannya bahwa dari arah lain datanglah dengan garangnya suatu
serangan yang dahsyat. Kembali Lawa Ijo mengubah gaya tubuhnya. Meskipun
demikian ia tak mempunyai kekuatan lagi untuk menyerang ke arah yang
berlawanan, sehingga segera ia melipat tangan kanannya untuk melindungi dada,
sedangkan tangan kirinya disiapkan untuk menyerang.
Pada
saat kaki Lawa Ijo baru saja menyentuh tanah, datanglah serangan Mahesa Jenar
dengan dahsyatnya, sehingga terjadilah suatu benturan yang sangat hebat dari
dua tenaga raksasa. Tetapi rupanya Mahesa Jenar menang perhitungan, sehingga
Lawa Ijo terdorong ke belakang dan kehilangan keseimbangan. Ia berguling dua
kali ke belakang dan barulah ia dapat tegak kembali.
Lawa
Ijo merasakan dadanya sangat nyeri, nafasnya agak sesak. Pukulan Mahesa Jenar
yang dilontarkan sepenuh tenaga itu rupanya telah melukai bagian dalam tubuh
Lawa Ijo. Meskipun demikian, pada saat benturan itu terjadi, tangan kiri Lawa
Ijo ternyata telah dapat mengenai pundak Mahesa Jenar, sehingga tangan kanan
Mahesa Jenar pun menjadi sakit dan geraknya menjadi terbatas.
Gajah Alit yang melihat munculnya Mahesa Jenar
dengan tiba-tiba itu menjadi girang, dan geraknya bertambah mantap.
Sambil menyerang kembali ia sempat berkata, Ee.., kakang Rangga, rupa-rupanya
kau mau mengajak main sembunyi-sembunyian.
Tetapi Mahesa Jenar diam saja, sebab ia sedang berhadapan dengan lawan
yang sangat tangguh.Bersambung....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mau mampir...
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.