Ia sedang menyelidiki daerah kami, Kakang.
Mungkin ia menemukan seorang gadis untuk korbannya, tiba-tiba laki-laki yang
tinggi besar itu menyambung dengan suaranya yang bergerat. Sesudah itu ia
memandang berkeliling dan tampaklah setiap laki-laki yang kena sambaran matanya
mengangguk-angguk kecil tanpa keyakinan apa-apa.
Pikiran
yang terang dari Mahesa Jenar segera dapat menghubungkan ucapan ini dengan
kerangka-kerangka yang ditemuinya di Gunung Ijo. Mungkin ucapan orang itu
bertalian dengan peristiwa yang sedang menjadi tanda tanya di dalam hatinya.
Demang
tua itu memandang Mahesa Jenar dari ujung kaki sampai ke ujung rambutnya.
Umurnya yang telah lanjut, menolongnya untuk mengenal sedikit tentang
watak-watak orang yang baru saja dijumpainya. Dan terhadap Mahesa Jenar , ia
tidak menduga adanya maksud-maksud buruk.
Bolehkah aku bertanya? kata Demang tua itu dengan nada
yang berat tetapi sopan dan rumah. Siapakah nama Ki
Sanak dan dari manakah asal Ki Sanak? Sebab menurut pengamatan kami, Ki
Sanak bukanlah orang dari daerah kami.
Mula-mula
Mahesa Jenar ragu. Haruskah ia mengatakan keadaan yang sebenarnya, ataukah
lebih baik menyembunyikan keadaan yang sebenarnya ...? Ia masih belum tahu,
sampai di mana jauh akibat tindakan-tindakan pemerintah Kerajaan Demak terhadap
para pengikut Syeh Siti Jenar. Kalau ia tidak berkata yang sebenarnya, maka ada
suatu kemungkinan bahwa kecurigaan orang terhadapnya semakin besar. Mungkin
pula ia ditangkap, ditahan atau semacamnya itu. Akhirnya Mahesa Jenar mengambil
keputusan untuk mengatakan sebagian saja dari keadaannya. Oleh keragu-raguannya
inilah maka sampai beberapa saat Mahesa Jenar tidak menjawab, sehingga ketika
baru saja ia akan berkata, terdengarlah orang yang tinggi besar itu membentak,
Ayo bilang! Mahesa Jenar sebenarnya sama sekali tidak senang diperlakukan
sedemikian, tetapi ia tidak ingin ribut-ribut. Maka dijawabnya pertanyaan itu
dengan sopan pula, Bapak Demang, kalau Bapak Demang ingin mengetahui, aku
berasal dari Pandanaran. Aku adalah pegawai istana Demak, yang karena sesuatu hal
ingin menjelajahi daerah-daerah wilayah Kerajaan Demak. Beberapa orang tampak
terkejut mendengar jawaban ini.
Seorang
pegawai istana adalah orang yang pantas sekali mendapat kehormatan. Sedang
orang ini? Orang yang mengaku menjadi pegawai istana itu menjadi orang
tangkapan. Apakah kalau hal semacam ini sampai terdengar oleh kalangan istana,
tidak akan menjadikan mereka murka? Mahesa Jenar merasakan pengaruh
kata-katanya itu atas orang-orang yang mengepungnya. Demikian juga wajah orang
tinggi besar itu tampak berubah. Dahinya berkerinyut dan alisnya ditariknya
tinggi-tinggi.
Demang
tua itu sekali lagi mengangguk-anggukkan kepalanya, tetapi kemudian ia bertanya
lagi dengan nada yang masih sesopan tadi. Menilik sikap Ki Sanak, memang
tepatlah kalau ki sanak seorang pegawai istana, atau setidak-tidaknya
orang-orang kota
seperti yang pernah aku kenal. Tetapi kedatangan Ki Sanak seorang diri kemari,
merupakan sebuah pertanyaan bagi kami. Sekali lagi tampak wajah-wajah di
sekitar Mahesa Jenar berubah. Mereka jadi ikut bertanya pula di dalam hati.
Bersambung....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mau mampir...
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.