Rabu, 14 November 2012

NAGASASRA SABUK INTEN (007)


Oleh SH Mintarja

Lalu bagaimanakah sebaiknya Baureksa? tanya Demang tua itu. Sikap Baureksa semakin garang. Ia merasa bahwa demangnya akan menyerahkan segala sesuatu kepadanya. Orang itu harus berkata sebenarnya, katanya.
Kalau tidak mau? pancing Demang itu. dipaksa! jawab Baureksa tegas-tegas. Dan jawaban ini memang diharapkan sekali oleh demang tua itu. Bagus... terserah kepadamu. Yang lain sebagai saksi atas apa yang terjadi, katanya.
Keadaan berubah menjadi tegang. Tak seorangpun mengerti maksud dari kepala daerahnya itu. Sebenarnya orang-orang itu sama sekali tak menghendaki kejadian-kejadian semacam itu, sebab dalam pandangan mereka, Mahesa Jenar adalah orang yang sopan dan baik.
Kalau sekali Baureksa sudah bertindak, biasanya tak dapat dikendalikan lagi. Dan orang yang diperiksanya biasanya kesehatannya tak dapat pulih kembali. Tetapi tak seorang pun yang berani menghalang-halanginya sifat-sifatnya yang mengerikan itu. Apalagi kalau orang itu benar-benar pegawai istana, maka apakah kiranya yang akan terjadi?.
Berbeda sekali dengan pikiran Baureksa.Ia menjadi gembira seperti anak-anak yang mendapat mainan. Meskipun ia juga mempunyai otak, tetapi tidak dapat bekerja dengan baik. Adatnya keras dan lekas marah. Apalagi setelah beberapa waktu yang lalu, pada waktu terjadi huru hara, dan ia tidak mampu untuk mengatasinya. Maka sekarang ia ingin mengembalikan kepercayaan rakyat atas kehebatannya dengan menumpahkan segala dendamnya kepada orang asing itu. Tetapi untuk itu ia tidak akan segera turun tangan sendiri. Ia ingin melihat dahulu sampai dimana kekuatan barang mainannya. Sebab bagaimana tumpulnya otak Baureksa, namun ia masih juga melihat suatu kemungkinan yang ada pada calon korbannya.
Sebaliknya Mahesa Jenar mengeluh dalam hati. Cepat ia dapat menangkap maksud Demang tua yang bijaksana itu dengan menangkap pandangan matanya.
Permainan berbahaya. Demang tua itu sama sekali belum mengenal aku, sebaliknya aku pun belum mengenal orang macam Baureksa itu, pikir Mahesa Jenar. Tetapi bagaimana pun, Mahesa Jenar terpaksa melayaninya kalau ia tidak mau menjadi bulan-bulanan celaka.
Gagak Ijo...! tiba-tiba terdengar Baureksa berteriak keras-keras. Dan orang yang dipanggilnya Gagak Ijo itu dengan gerak yang cekatan meloncat ke hadapan Baureksa. Gagak Ijo yang nama sebenarnya adalah Jagareksa adalah seorang pembantu, bahkan tangan kanan Baureksa. Kedua-duanya mempunyai sifat yang hampir sama. Tubuhnya agak pendek bulat, sedang otot-ototnya menjorok keluar membuat garis-garis yang sama jeleknya dengan garis-garis wajahnya. Suruh orang itu bicara, perintah Baureksa. Bicara tentang apa Kakang? tanya Gagak Ijo. Mendengar pertanyaan itu, Baureksa memaki keras-keras, Bodoh kau. Suruh dia bicara, di mana rumahnya, di mana gerombolannya, dan suruh dia katakan kapan gerombolannya akan datang lagi untuk menculik gadis.-
Gagak Ijo mengangguk-anggukkan kepalanya. Sekarang ia sudah tahu tugasnya. Memeras keterangan dari orang asing itu. Perlahan-lahan Gagak Ijo memutar tubuhnya, menghadap Mahesa Jenar. Sebentar ia mengatur jalan nafasnya, dan dengan perlahan-lahan pula ia mendekati korbannya. Suasana menjadi bertambah tegang.

Bersambung.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mau mampir...

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.