Jumat, 23 November 2012

NAGASASRA SABUK INTEN (016)


Oleh SH Mintarja


Di sana... Ki Asem Gede melanjutkan, aku bertemu pula dengan seorang perwira lain, kawan Panji Danapati itu. Kenalkah Anakmas dengan Panji Danapati? Mahesa Jenar agak ragu, tetapi perlahan-lahan ia mengangguk juga. Nah... kata orang tua itu pula, kalau begitu aku tidak salah lagi, Anakmaslah yang aku jumpai di ndalem Danapaten. Benarkah? Mahesa Jenar masih saja ragu-ragu. Sebenarnya ia ingin melupakan saja apa yang pernah terjadi. Meskipun sebenarnya ia masih ingin mengabdikan diri kepada negerinya, tetapi dengan terbunuhnya Ki Kebo Kenanga, saudara seperguruannya, lebih baik ia menyingkirkan diri, dan mencari cara pengabdian yang lain.
Juga penegasan tentang dirinya akan mempermudah setiap usaha untuk menangkapnya, apabila ia dianggap berbahaya seperti Ki Kebo Kenanga. Ia tidak ingin kalau sampai terjadi bentrokan dengan orang-orang yang sedang menjalankan kewajibannya, serta,kawan-kawan seperjuangannya dahulu. Maka lebih baik baginya untuk menjauhkan diri saja dari setiap kemungkinan itu. Tetapi sekarang ia tidak dapat mengingkari pertanyaan orang tua itu. Karena itu, kembali Mahesa Jenar mengangguk lemah.
Oleh anggukan itu, tiba-tiba Ki Asem Gede membungkuk lebih hormat lagi dan dengan suaranya yang lembut ia berkata, Kalau begitu Anakmas ini adalah tuanku Rangga Tohjaya. Perkataan Ki Asem Gede itu seperti petir datang menyambar telinga Ki Dalang Mantingan serta Demang Pananggalan. Ia pernah mendengar nama itu, bahkan nama itu terlalu besar untuk disebut-sebut sebagai seorang pahlawan yang sudah mengamankan Demak dari gangguan-gangguan kejahatan. Mahesa Jenar sendiri agak terkejut juga mendengar nama itu disebutkan. Tetapi ia tidak dapat berbuat lain daripada mengiyakan. Sebab Ki Asem Gede itu pasti pernah mendengarnya dari Panji Danapati, bahwa ia sebagai seorang perwira pengawal raja, disamping namanya sendiri mendapat gelar Rangga Tohjaya.
Demang Pananggalan dan Ki Demang Mantingan masih berdiri termangu-mangu. Mereka masih belum yakin benar akan kata-kata Ki Asem Gede, sampai Ki Asem Gede menyapanya. Adi Pananggalan dan Adi Mantingan, belumkah adi berdua pernah mendengar nama itu?
Mereka berdua tersadar oleh sapa itu. Dengan hati-hati Demang Pananggalan mencoba bertanya, Ki Asem Gede, aku memang pernah mendengar gelar itu serta kebesarannya, tetapi aku belum mengenal wajahnya, karena aku orang yang picik dan sama sekali tak berarti. Tetapi perkenankanlah aku bertanya bahwa beliau tadi berkenan menyebut gelarnya dengan Mahesa Jenar ...?
Ki Asem Gede tertawa lirih. Benar Adi berdua, Mahesa Jenar adalah namanya, sedang gelarnya sebagai seorang prajurit adalah Rangga Tohdjaja. Hati Demang Pananggalan dan Dalang Mantingan berdegup keras.
Tetapi pandangan mata mereka masih mengandung seribu macam pertanyaan, sehingga akhirnya Mahesa Jenar sendiri mengambil keputusan untuk mengatakan keadaannya yang sebenarnya sebagai suatu hal yang tak mungkin lagi diingkari. Bapak Demang dan Kakang Mantingan, memang sebenarnyalah aku yang bernama Mahesa Jenar, telah menerima anugerah nama sebagai seorang prajurit, Rangga Tohjaya.
Mendengar penjelasan itu detak jantung Demang Pananggalan dan Dalang Mantingan serasa akan berhenti. Mereka sama sekali tidak mengira bahwa mereka telah berhadap-hadapan dengan seorang yang sakti. Untunglah bahwa segala sesuatunya belum terlanjur. Kalau sampai terjadi Rangga Tohjaya mengeluarkan segala kesaktiannya maka sulitlah bagi mereka semua untuk dapat keluar dari halaman itu dengan masih bernafas.
Seperti digerakkan oleh satu tenaga penggerak, Dalang Mantingan dan Demang Pananggalan cepat-cepat melangkah maju ke hadapan Mahesa Jenar, dan bersama-sama membungkuk hormat. Dengan agak terputus-putus karena berbagai perasaan yang berdesakan di dada, Demang Pananggalan berkata, Kami mohon ampun ke hadapan Anakmas Rangga Tohjaya, bahwa kami telah berbuat suatu kesalahan yang besar sekali. Serta mengucapkan beribu-ribu terima kasih atas kemurahan Anakmas yang tidak sekaligus menghabisi jiwa kami. Dan sekarang kami menjerahkan diri untuk menerima segala hukuman yang seharusnya kami jalani.

Bersambung.............

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mau mampir...

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.