Oleh SH Mintarja
Di
sana ... Ki Asem
Gede melanjutkan, aku bertemu pula dengan seorang perwira lain, kawan Panji
Danapati itu. Kenalkah Anakmas dengan Panji Danapati? Mahesa Jenar agak ragu,
tetapi perlahan-lahan ia mengangguk juga. Nah... kata orang tua itu pula, kalau
begitu aku tidak salah lagi, Anakmaslah yang aku jumpai di ndalem Danapaten.
Benarkah? Mahesa Jenar masih saja ragu-ragu. Sebenarnya ia ingin melupakan saja
apa yang pernah terjadi. Meskipun sebenarnya ia masih ingin mengabdikan diri
kepada negerinya, tetapi dengan terbunuhnya Ki Kebo Kenanga, saudara
seperguruannya, lebih baik ia menyingkirkan diri, dan mencari cara pengabdian
yang lain.
Juga
penegasan tentang dirinya akan mempermudah setiap usaha untuk menangkapnya,
apabila ia dianggap berbahaya seperti Ki Kebo Kenanga. Ia tidak ingin kalau
sampai terjadi bentrokan dengan orang-orang yang sedang menjalankan
kewajibannya, serta,kawan-kawan seperjuangannya dahulu. Maka lebih baik baginya
untuk menjauhkan diri saja dari setiap kemungkinan itu. Tetapi sekarang ia
tidak dapat mengingkari pertanyaan orang tua itu. Karena itu, kembali Mahesa
Jenar mengangguk lemah.
Oleh
anggukan itu, tiba-tiba Ki Asem Gede membungkuk lebih hormat lagi dan dengan
suaranya yang lembut ia berkata, Kalau begitu Anakmas ini adalah tuanku Rangga
Tohjaya. Perkataan Ki Asem Gede itu seperti petir datang menyambar telinga Ki
Dalang Mantingan serta Demang Pananggalan. Ia pernah mendengar nama itu, bahkan
nama itu terlalu besar untuk disebut-sebut sebagai seorang pahlawan yang sudah
mengamankan Demak dari gangguan-gangguan kejahatan. Mahesa Jenar sendiri agak
terkejut juga mendengar nama itu disebutkan. Tetapi ia tidak dapat berbuat lain
daripada mengiyakan. Sebab Ki Asem Gede itu pasti pernah mendengarnya dari
Panji Danapati, bahwa ia sebagai seorang perwira pengawal raja, disamping
namanya sendiri mendapat gelar Rangga Tohjaya.
Demang
Pananggalan dan Ki Demang Mantingan masih berdiri termangu-mangu. Mereka masih
belum yakin benar akan kata-kata Ki Asem Gede, sampai Ki Asem Gede menyapanya.
Adi Pananggalan dan Adi Mantingan, belumkah adi berdua pernah mendengar nama
itu?
Mereka
berdua tersadar oleh sapa itu. Dengan hati-hati Demang Pananggalan mencoba
bertanya, Ki Asem Gede, aku memang pernah mendengar gelar itu serta
kebesarannya, tetapi aku belum mengenal wajahnya, karena aku orang yang picik
dan sama sekali tak berarti. Tetapi perkenankanlah aku bertanya bahwa beliau
tadi berkenan menyebut gelarnya dengan Mahesa Jenar ...?
Ki
Asem Gede tertawa lirih. Benar Adi berdua, Mahesa Jenar adalah namanya, sedang
gelarnya sebagai seorang prajurit adalah Rangga Tohdjaja. Hati Demang
Pananggalan dan Dalang Mantingan berdegup keras.
Tetapi
pandangan mata mereka masih mengandung seribu macam pertanyaan, sehingga
akhirnya Mahesa Jenar sendiri mengambil keputusan untuk mengatakan keadaannya
yang sebenarnya sebagai suatu hal yang tak mungkin lagi diingkari. Bapak Demang
dan Kakang Mantingan, memang sebenarnyalah aku yang bernama Mahesa Jenar, telah
menerima anugerah nama sebagai seorang prajurit, Rangga Tohjaya.
Mendengar
penjelasan itu detak jantung Demang Pananggalan dan Dalang Mantingan serasa
akan berhenti. Mereka sama sekali tidak mengira bahwa mereka telah
berhadap-hadapan dengan seorang yang sakti. Untunglah bahwa segala sesuatunya
belum terlanjur. Kalau sampai terjadi Rangga Tohjaya mengeluarkan segala
kesaktiannya maka sulitlah bagi mereka semua untuk dapat keluar dari halaman itu
dengan masih bernafas.
Seperti
digerakkan oleh satu tenaga penggerak, Dalang Mantingan dan Demang Pananggalan
cepat-cepat melangkah maju ke hadapan Mahesa Jenar, dan bersama-sama membungkuk
hormat. Dengan agak terputus-putus karena berbagai perasaan yang berdesakan di
dada, Demang Pananggalan berkata, Kami mohon ampun ke hadapan Anakmas Rangga
Tohjaya, bahwa kami telah berbuat suatu kesalahan yang besar sekali. Serta
mengucapkan beribu-ribu terima kasih atas kemurahan Anakmas yang tidak
sekaligus menghabisi jiwa kami. Dan sekarang kami menjerahkan diri untuk
menerima segala hukuman yang seharusnya kami jalani.
Bersambung.............
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mau mampir...
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.