Oleh SH Mintarja
Mengalami
hal semacam itu, meskipun terpaksa menahan sakit, Baureksa menjadi bertambah
kalap. Ia mengumpulkan segenap tenaganya dan ingin menebus malunya dengan
mematahkan leher lawannya. Dengan sekuat tenaga ia menyembunyikan rasa
sakitnya, sehingga Mahesa Jenar tak dapat mengukur akibat gempurannya dengan
pasti. Baureksa cepat-cepat menarik diri untuk segera bersiap-siap menyerang,
sedangkan Mahesa Jenar pun telah bersiap pula menghadapi segala kemungkinan.
Kembali Baureksa menyerang lawannya ke dua arah sekaligus. Tangan kanannya
menyodok perut, sedangkan tangan kirinya menghantam pelipis. Mendapat serangan
ini Mahesa Jenar segera merendahkan diri serta memutar tubuh. Tetapi ketika
Baureksa melihat bahwa Mahesa Jenar mencoba menghindar, segera Baureksa
mengubah arah serangannya. Cepat-cepat ia menarik tangannya dan dengan satu
gerakan dahsyat ia meloncat dan menendang kepala lawannya. Mahesa Jenar tidak
menduga bahwa Baureksa dapat meloncat secepat itu. Karena itu ia tidak lagi
sempat mengelak.
Sebenarnya
Mahesa Jenar masih akan menghindari bentrokan-bentrokan secara langsung, sebab
sampai sekian ia masih belum dapat menjajagi sampai di mana kekuatan Baureksa
yang sebenarnya. Tetapi kali ini, ia harus melawan serangan kaki Baureksa itu.
Maka untuk tidak mengalami hal-hal yang tidak dikehendaki atas dirinya,
terpaksa Mahesa Jenar mempergunakan sebagian besar dari tenaganya yang
dipusatkan pada siku tangan kanannya.
Ia
merendah sedikit sambil memiringkan tubuhnya. Maka, terjadilah suatu benturan
yang hebat antara kaki Baureksa dengan siku tangan Mahesa Jenar. Akibatnya
hebat pula. Baureksa ternyata telah mengerahkan seluruh tenaganya, dan ketika
ia melihat bahwa Mahesa Jenar tidak sempat mengelakkan serangannya, ia sudah
memastikan bahwa orang asing itu akan terpelanting dan tidak akan dapat bangun
kembali.
Tetapi
dugaan itu ternyata meleset sama sekali. Ketika kaki Baureksa yang sudah
mengerahkan seluruh tenaganya itu menyentuh siku tangan Mahesa Jenar, Baureksa
merasa bahwa kakinya seolah-olah menghantam dinding batu yang keras sekali. Dan
kini tulang-tulang kakinyalah yang bergemeretakan, sedangkan ia terpental oleh
kekuatannya sendiri dan dengan kerasnya terbanting di tanah, sehingga tidak
sadarkan diri. Orang-orang yang menyaksikan peristiwa itu, serentak hatinya
bergetar, sampai beberapa orang menggigil karena tegang. Beberapa orang tidak
dapat mengikuti dengan pandangan matanya tentang apa yang terjadi. Yang mereka
ketahui hanyalah Baureksa terbanting di tanah hingga pingsan.
Bersambung....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mau mampir...
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.